Mantenku

Mantenku

Sabtu, 26 April 2014

I Quit

I quit from the business....
Why? Why? Oh...why?
Tell me why?
Ain't nothin' but the heartache.
Stop, malah nyanyi :D 

 Ya, saya berhenti. Bagi anda yang membaca ini boleh saja mengatakan “pembenaran atas kegagalan”, silakan saja. Memang saya tidak bisa menyetir pikiran orang supaya sepakat dengan pilihan saya kok.
Saya ingin flashback ke masa lalu kenapa saya dulu memutuskan untuk bergabung. Waktu itu Filza, anak kedua saya, sakit radang otak (meningoencephalistis) & berlanjut menjadi hydrocephalus internal (kalo ga salah gitu kata dokter). Dia harus dirawat di RS selama 1,5 bulan; beberapa hari diantaranya di ruang PICU. Ketika itu, dunia rasanya mau kiamat; saya hanya ingin menangis saja. Sudah tidak terbayangkan anak saya ini mau jadi seperti apa, ya Allah, kata saya dalam hati. Alhamdulillah, melalui tangan dokter anak & dokter bedah saraf, anak saya membaik setelah dioperasi 2x dan dipasang selang VP shunt. Ketika itu saya merasa lebih baik saya dirumah saja, tidak bekerja, merawat Filza. That’s the point.
Bisnis online adalah salah satu solusinya. Setelah lama mencari, saya terbujuk iklan di FB dan di web2 tentang bisnis kosmetik ini. Tidak langsung gabung sih, saya baca-baca dulu. Ketika ada seorang teman yang bergabung, baru saya tertarik. Saya pilih gabung dengan teman daripada dengan orang lain yang tidak saya kenal. Setelah beberapa waktu bergabung, teman saya ini keluar dari bisnis ini. Semula saya tidak tahu alasannya, tapi sekarang setelah saya merasakan sendiri kerasnya persaingan bisnis sehingga banyak yang menggunakan segala macam cara, termasuk beriklan & menyindir2 rekan bisnis yang kurang aktif, sekarang saya merasakannya. Betapa sakit mengalami hal tersebut.
Bisnis memang bukan pengajaran. Dunia pendidikan jauh lebih mulia. Kalau ada yang pernah bilang “dalam bisnis ini sama dengan siswa. Siswa kalau ingin mendapat perhatian dari gurunya harus mempunyai prestasi”. Saya bilang no way. Mengajar tidak seperti itu. Kita wajib memberikan pendidikan bagi semua siswa kita, mau yang berprestasi, mau yang tidak, mau yang pinter, mau yang enggak, mau yang fast learners, mau yang slow. Perlakuan yang beda: siswa yang slow justru diberi remidi, sedang yang fast diberi pengayaan. Tidak seperti bisnis, yang kelakuannya buruk abaikan! Kalau guru seperti itu, bubrah kabeh (kacau semua).
Ketika menulis artikel ini, bisa saja ada orang yang bukannya simpati tapi malan meng-olok2 belum siap kerja cerdas tu. Silakan saja karena memang kerja cerdas versi kita masing2 itu beda. Bagi pebisnis kerja cerdas adalah banyak rekrut banyak bonus. Tapi, bagi saya kerja cerdas adalah share ilmu yang benar pada murid, menulis karya ilmiah, & presentasi di seminar bahasa internasional namun anak2 tetap sehat.

Nb:
Artikel ini sudah saya edit. Bagi yang berminat mendapat versi asli (dalam bentuk pdf) tinggalkan alamat email di kolom komen ya ^_^

Regards,
Manda

2 komentar:

  1. Lho.....kok quit?
    maka aku baru mau masuk.hahaha.....out of date banget yak....

    ini temenku yg di Malang minta q join sih,kalo skg kan cm 9900,,katanya sih mba wie kalo ga jd donlenku gpp(dia tau q ga cukup pintar marketing) jd menurut dia,aku jd konsumennya aja,alias beli produknya aja kan dapet diskonnya lumayan.

    nah...q sih blm approve so far..,
    do u have any comment?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Join aja gapapa Dew...
      bisnisnya bagus, produknya bagus. aku quit karena ga cocok dg yg atas2 aja hehee....

      Hapus