Mantenku

Mantenku

Selasa, 29 April 2014

Pandainya Manusia Bermain Retorika

Retorika adalah sebuah teknik persuasi yang bertujuan membujuk dengan karakter berbicara dan argumen ("Retorika", 2014). Dengan kata lain, si pelaku retorika akan berusaha menggiring opini para pembaca supaya mereka mengikuti & mempercayai alur berbicara sang penulis. Secara umum, ada 3 jenis retorika yang kita kenal: retorika deliberatif, forensik, & demonstratif.
Di negara kita akhir2 ini, banyak sekali orang yang menggunakan teknik retorika sederhana untuk mempengaruhi pikiran pihak lain. Tidak hanya dalam bidang politik saja, seperti pembentukan opini publik kepada tokoh tertentu, dalam bidang agama pun manusia berani menerapkan teknik tersebut. Sebagai contoh, beberapa orang meyakini bahwa pacaran itu diperbolehkan dalam Islam dengan alasan hal tersebut tidak dinyatakan dalam Al Qur'an. Mereka lupa (atau mungkin sengaja lupa) bahwa jika dikaitkan dengan hadist & ayat yang lain, maka akan ditemuka kesimpulan bahwa pacaran itu haram, misalnya dikaitkan dengan hadist laki2 menyentuh wanita yang bukan mahramnya & ayat tentang larangan mendekati zina. Dengan keahlian retorika, beberapa orang meyakini bahwa pacaran itu sah2 saja.
Tak ingin kalah, dalam kehidupan sehari-hari pun manusia sering menggunakan kemampuan retorika sederhana. Orang yang melakukan kesalahan atau memulai suatu perkara dengan orang lain terkadang memlintir2 kejadian yang sebenarnya kepada orang lain. Tujuannya tidak lain & tidaklah bukan, untuk mempengaruhi opini orang lain & menutupi hati nuraninya. Dia seakan2 lupa bahwa hati itu cahaya yang secara fitrahnya adalah suci. Oleh karena itu, manusia yang telah melakukan kesalahan pasti akan merasa gelisah sepanjang hidupnya sebelum dia minta maaf kepada orang yang menanggung derita karena perbuatannya. 
Menghina adalah salah satu teknik retorika sederhana yang dilakukan beberapa orang dalam memenuhi hasratnya. Menghina adalah suatu teknik berbicara baik secara lesan maupun tertulis dengan menggunakan bahasa yang bersifat merendahkan orang lain. Beberapa orang melakukan penghinaan kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui social media, such as facebook, twitter, whattsapp, etc). 
Banyak orang yang tidak sadar bahwa menghina itu tidak membuat pelakunya otomatis mulia di hadapan Allah. Menjatuhkan orang juga tidak membuat pelakunya otomatis tinggi di hadapan Allah. Menggosipkan orang tidak akan menutup aib kita di hadapan Allah. Bahkan banyak yang lupa bahwa menghina itu hanya akan membuat pelakunya hina dina di hadapan Allah.
Salah satu contoh penghinaan yang dilakukan beberapa orang adalah menghina tentang kemampuannya. Misalnya dalam sebuah lomba lari, seorang peserta dari daerah lain berkata pada peserta dari Solo, "Maaf ya beib, aku yang menang. Kamu sih orang Solo, paham kamu alon-alon waton klakon". Tidak hanya peserta yang dihina yang tersinggung, bahkan peserta dari daerah lain pun tidak akan suka dengan penghinaan ini. Meski merasa sakit hati, si penderita tidak perlu merasa resah karena peristiwa tersebut sudah disaksikan banyak orang, bahkan Allah pun menyaksikan. Dengan berbekal ilmu retorikanya, si pelaku bahkan bisa mempengaruhi opini orang lain sehingga orang berpikir bahwa si korban adalah orang yang memiliki sifat2 negatif.
Jika kita mempunyai hobi menghina, jika terus melanjutkan kemudhorotan yang dilakukan, Allah akan selalu mencatat tiap detik perbuatan kita. Setan ada di mana2 & mereka sedang mencari teman untuk menemani mereka di kehidupan abadi di akhirat.

Wallahua'lam

Nb. Jika dalam artikel ini terdapat kebenaran, maka kebenaran itu datang dari Allah SWT. Namun, jika banyak terdapat kesalahan, maka itu datangnya dari kurangnya pengetahuan sang penulis.

Referensi
Retorika (2014). Wikipedia. Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Retorika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar