Mantenku

Mantenku

Selasa, 23 September 2014

To My Students of SMP 20

Saya datang dengan senyuman, maka saya akan pergi dengan senyuman pula.

Meski sedih rasanya, tapi kita harus berpisah. I will run for my real ambition right now, to be an English teacher. Bu Manda left the school for many reasons, but I can't tell you in detail, my students. 

Saya masih ingat ketika pertama kali saya menginjakkan kaki ke SMP 20. It was July 2007. Waktu itu, saya sudah bekerja di sekolah & lembaga bahasa. I said to myself, "Saya kan pintar, pasti saya bisa dong mengajar di SMP ini...kecil!"

Ternyata, setelah masuk ke kelas dan menemui murid-murid yang so extraordinary, I became aware that it was not that easy to teach a middle school dimana murid-muridnya sedang dalam masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Suara, gelak tawa, some bad words, etc are still in my memory now. 

Dari semula yang berkepribadian lemah lembut, tidak bisa marah mulai menjadi guru yang super galak & super bentak. Kebetulan ketika kuliah S1 dulu, saya pernah bergabung di teater & belajar tentang olah suara. Jadi ilmu supaya suara keras & tinggi sudah lumayan dikuasai, tinggal praktek langsung di kelas.

Being a discipline & strict teacher is not that easy. Terutama setelah merasakan bahwa it was really important for me to be their mother at school. Tidak cukup hanya bergalak-galak pada materi pembelajaran & memperbaiki kesopanan mereka; we have to be loved by the students.

Seorang guru harus dicintai muridnya. Bukan macam cinta yang dimana siswa dilepas supaya seenaknya sendiri, no...nothing of the kind. Tegas, berwibawa, & mendorong perbaikan. That's the idea. Tegas, karena siswa harus dibei ketegasan. Berwibawa, karena siswa butuh figure supaya mereka ingat wajah ini, wajah yang selalu mengingatkan mereka. Mendorong perbaikan, mulai dari penampilan, sikap (attitude: kesopanan, kePDan), pengetahuan, & ketrampilan. Jangan lupa selalu ada candaan dimana suasana sedang serius, no need to be very very serious, nanti siswa malah jadi bored of us. Tapi tidak boleh terlalu bebas juga considering the fact that they still need guidance for betterment of their future.

Mungkin kalian jengkel, kenapa sih ketika masuk kelas saya selalu memeriksa penampilan? "Kaos kaki ditarik ke atas! Baju dimasukkan! Tangan kotor dicuci dulu." Bahkan kebersihan kelas juga saya tekankan, "Kelasnya kotor. Ayo yang piket nyapu dulu". It's for you.

Saya pingin kalian jadi orang yang aware terhadap penampilan fisik. First impression (kesan pertama) selalu rapi, selanjutnya kebersihan kelas. It shows your behavior to the environment in your house. Yang kelasnya bersih, pasti di rumahnya juga bersih. 

Next, perbaikan pengetahuan & ketrampilan. Baik waktu mengajar English maupun Bahasa Indonesia, pasti semua itu berusaha menjadi fokus saya. Waktu masih mengajar English, every single word must be written and pronounced well. Tiap kali mau ijin keluar masuk siswa harus memakai English-like expression. Demikian pula ketika mengajar Bahasa Indonesia. "Perbaikan tulisan ya anak-anak. Ingat, kalimat pertama selalu diawali dengan huruf besar. Di tengah kalimat tidak boleh ada huruf besar, kecuali nama, bisa nama orang, nama kota, nama tempat. Kalimat langsung jangan lupa tanda petiknya. Maju bicara di dengan jelas supaya orang lain mengerti maksudmu." And many more and many more...

Sekarang saya sudah pergi untuk mengejar cita-cita yang tertunda. Kembali pada Bahasa Inggris, bidang utama saya. Teaching university students is my genuine ambition. Semoga saya sudah mengajar kalian dengan benar. Semoga ini juga keputusan yang benar bagi saya.

I love you all. I will always pray for you. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar