Mantenku

Mantenku

Senin, 16 Maret 2015

Karaoke Room

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bahagia sekali rasanya Malka. Hari ini, sepulang sekolah, teman-teman les vocalnya mengajak dia untuk merayakan ulang tahunnya di Sing Song, sebuah karaoke center yang cukup terkenal di kota itu. 

"Halo, Malka. Selamat ulang tahun ya," kata suara di seberang sana.

"Della, makasih sekali ya," jawab Malka dengan penuh antusias.

"Ka, ini teman-teman sudah menunggu di karaoke room, lho. Kamu kok belum datang," Della bertanya.

"Iya, Della. Ini aku udah nyampe Jalan Teuku Umar ni," jawab Malka sambil mengusap peluhnya. Ya, memang bersepeda di siang hari sungguh melelahkan di kota ini. Apalagi, jalanan sering macet karena terlalu banyak mobil dan sepeda motor yang melintas.

Akhirnya Malka sampai juga di Sing Song. Dia menyapa pak Yanto, tukang parkir yang sudah dikenalnya.

"Halo, Pak," sapa Malka.

"Eh, Neng Malka. Mau karaoke lagi ya," tanya pak Yanto.

"Iya lah, Pak. Kan hobi, hahahaa," jawab Malka sambil tertawa. "Sepeda saya tolong ditaruh di tempat biasa ya, Pak," lanjutnya.

"Oke deh," sahut pak Yanto.

Malka segera bergegas ke ruang karaoke dimana teman-temannya sudah menunggu. Kelas vokalnya memang sangat kompak. Kemana-mana mereka selalu bersama-sama. Acara ulang tahun seperti ini bukan yang pertama kali dirayakan bersama-sama. Miss Berta, guru vokal mereka sampai terheran-heran; baru kali ini dia mempunyai kelas yang seunik ini.

"I'm coming," kata Malka sambil membuka pintu ruang 03 di karaoke center itu.

"Malka, happy birthday. Selamat ulang tahun ya," kata teman-temannya. Ada 5 orang di ruang tersebut: si cantik Anasya, si keibuan Della, si heboh Puri, si cuek Ulya, dan si cerdas Jonathan. Mereka menyalami Malka secara bergantian.

"Makasih ya teman-teman. Maaf aku terlambat. Tadi guruku ngasih tugas tambahan di kelas," Malka menjelaskan.

"Gapapa, say. Yang penting kamu udah datang. Ayo gih milih lagunya," Anasya menarik tangan Malka. Malka langsung memilih lagu Britney Spears yang berjudul "I'm not a Girl, not yet a Woman". Lagu Britney memang favoritnya karena di rumah tantenya punya koleksi kaset Britney. Malka suka sekali karena bagi dia lagu-lagu Britney mudah ditirukan.

"I'm not a girl, not yet a woman....," Malka menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan seperti yang selalu diajarkan Miss Berta bahwa menyanyi itu harus dari hati. 

Sembari menyanyi, Malka selalu melihat ekspresi teman-temannya. Anasya tampak sibuk berbicara dengan Puri. Ulya dan Della sibuk memilih lagu sambil sesekali berebut mouse. Jonathan diam saja sambil melihat ke layar monitor. 

"Jonathan tu kenapa ya diam aja. Apa karena cowok sendiri ya. Atau karena banyak pikiran," tiba-tiba perasaan Malka tidak enak sekali. Ketika lagu selesai, dia buru-buru mempersilahkan Ulya untuk menyanyi.

"Ulya, it's your turn, darling," katanya.

"Okay, Malka," sahut Ulya sambil mengambil mike dari tangan Malka. 

Malka duduk di sofa tepat di sebelah Jonathan. Dia heran kenapa Jonathan membuang muka terus ke samping seakan tidak mau berbicara dengan dia. Sosok Jonathan memang ganteng; dia peranakan Indo-Inggris. Dia juga cerdas. Bahkan nilai ulangan Matematika nya saja 100. Entah kenapa Malka merasa minder dan tidak nyaman waktu itu. 

Akhirnya layar monitor berhenti bekerja, pertanda waktu mereka habis. Jonathan berinisiatif memperpanjang dan Malka langsung membayar jam tambahan waktu itu. Setelah itu, Jonathan langsung pamit.

"Aku duluan ya, teman-teman," katanya sambil melambaikan tangan.

"Aku juga duluan ya, udah kesorean ni," kata Della.

"Bareng, Dell," Ulya menyusul.

Akhirnya di ruang karaoke tinggal Malka, Anasya, dan Puri. Secara bergantian mereka bertiga menyanyi di ruangan itu. Malka ingin mencoba kebolehannya menyayikan dangdut. Dia pun langsung memilih lagu "Sepiring Berdua".

Waktu telah habis. Mereka segera pergi dari Sing Song. Malka pulang dengan perasaan bahagia karena teman-temannya sangat membuatnya senang. Apalagi, sampai di rumah dia mendapat kado tas baru dari ayah dan ibunya. Betapa bahagia Malka pada hari itu.

Keesokan harinya dia pergi ke tempat les vokal. Semua peserta les masuk kecuali Jonathan. Malka heran tidak biasanya Jonathan membolos. Dia duduk di samping Puri.

"Malka, nanti karaoke lagi yuk," ajak Puri.

"Lho tapi kan Jonathan ga datang, masa formasi kita ga lengkap," sahut Malka.

"Nanti berdua aja. Tahu ga tadi malam Jonathan telpon aku katanya dia pergi dulu karena ga tahan ada kamu," kata Puri lagi.

"Karena aku?" Malka terheran-heran.

"Iya. Dia bilang gini lho, 'Habis kalau ada Malka, genre-nya jadi berubah sih,' gitu Ka," Puri meyakinkan.

"Ya ampun, Pur. Aku salah apa kemarin," kata Malka.

"Udah, ga usah dipikir to," kata Puri. Dalam hati dia menyesal kenapa harus cerita pada Malka. "Aku tu nggak begitu suka kok sama dia. Kamu gimana?" tambahnya.

"Aku juga ga suka," sahut Malka. Bagi Malka, kemunafikkan dalam berteman itu harus dihindari. Dia lebih suka ditegur langsung daripada dibicarakan di belakang.

"Puri, aku kan kemarin ga nyanyi dangdut pas ada dia. Aku nyanyi lagu barat lo. Aku tu selalu pertimbangkan semua sebelum nyanyi," Malka masih tidak percaya.

"Kan lagumu beda sama lagu mereka kan. Udah deh Malka, jangan dipikir. Aku juga ga suka tahu sama selera mereka. Aku jadi malu kalau mau nyanyi lagu lokal. Terutama Anasya Nasution itu lho," tambah Puri.

"Ha?" Malka heran sejak kapan Anasya punya marga Nasution? Ah mungkin Puri sudah terlalu jengkel pada mereka.

Akhirnya mereka berdua pergi ke Sing Song lagi. Kali ini Malka tidak terlalu bersemangat. Dia sangat shock. Dia tidak menyangka bahwa ternyata ada orang-orang yang suka berbicara di belakangnya. Bahkan ketika dia menyanyikan lagu "Anytime You Need a Friend" nya Mariah Carey, hampir saja dia meneteskan air mata.

"Berarti yang aku lihat persahabatan selama ini hanyalah palsu belaka," katanya dalam hati.

Puri sebenarnya sudah mulai merasa tidak enak. Kenapa dia harus bilang pada Malka tentang ucapan Jonathan. Dia ingin menarik ucapannya, tapi Malka terlanjur tahu. Mereka terus menyanyi bergantian sambil menyimpan rasa dalam hati masing-masing.

Seminggu telah berlalu. Malka masih saja sedih. Dia berjalan-jalan ke Manahan ketika itu ketika dia bertemu dengan Candra, teman lamanya.

"Malka ya? Ingat aku ga?" kata Candra.

"Ingat dong. Masa aku lupa sih sama kamu," jawab Malka. "Lho kok sekolahmu udah pulang, Ndra?" lanjutnya.

"Iya nih. Ada rapat guru. Jadi enak dong disuruh pulang. Tiap hari rapat juga gapapa kok," sahut Candra sambil tertawa.

"Eh, kamu satu sekolah sama Jonathan, kan?" tanya Malka.

"Iya. Kenapa?" jawab Candra.

"Kita kan teman les vokal," Malka menjelaskan.

"Oh, iya. Dia juga cerita. Katanya dia heran lho kenapa Miss Berta mau mengajar teman-temannya yang berkualitas rendah," Candra mulai bercerita.

"Serious? Did he say that?" Malka memotong pembicaraan Candra.

"Iya. Dia cerita kok. Si Puri katanya ga bisa improvisasi. Si Della pasti tersengal-sengal di nada tinggi," jawab Candra. Iya sih, memang betul kata Candra. Tapi, Malka tidak menyangka Jonathan itu tega mengatakan dia dan teman-temannya tidak berkualitas. 

"Aku dibilang apa?" tanya Malka.

"Ada deh," kata Candra. Malka makin penasaran tapi Candra tidak mau cerita.

"Jonathan kok punya kosa kata seperti itu ya," kata Malka.

"Kan memang dia yang paling bagus. Dimana-mana langganan juara," kata Candra.

"Tapi aku tidak menyangka lho dia gitu. Sombong namanya," tambah Malka.

"Eh semua orang udah tahu kali kalau dia itu sombong," sahut Candra. 

Malka begitu shock sampai dia terjatuh. Beruntung Candra menolongnya. Kemudian, mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Malka mengambil sepeda dan mengayuhnya sekuat tenaga dengan perasaan tak menentu.



Solo, 17 Maret 2015
Pukul 1:23 dini hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar