Mantenku

Mantenku

Minggu, 08 September 2013

Terapis oh Terapis

Beberapa hari yang lalu saya sempat goyah iman. Keyakinan tentang sakit usus buntu goyah karena kehadiran seorang terapis. Terapis ini datang ke sekolah & memeriksa beberapa guru di sekolah saya. Hampir semua guru bilang hasil periksaan terapis ini benar meski hanya diperiksa dari jari saja. Bahkan, dia juga bisa menebak perilaku kita dari periksa jari & penyakit ini. Sok Ustad Danu gitu deh.Dia tidak meminta bayaran untuk terapi. Namun apabila ingin membeli obat alternatif dari dia, yaitu sarang semut, kita harus membeyar 100 ribu.



Nah, saya ga mau kalah dong, saya juga minta diperiksa.Lumayan kan gratis, pikir saya.
"Saya sakit bagian kanan bawah Pak. Kayaknya usus buntu deh," kata saya. Dengan khusuk (kayak orang sholat aja) dia memeriksa bagian jari dan bagian kanan perut saya. Katanya, "Ini bukan usus buntu mbak, ini ususnya luka seperti sariawan". Apalagi sok Ustad Danu-nya keluar (dan tebakannya ini memang benar sih)," Njenengan ini egois. Suka ngambekan sama suaminya ya? "Iya," jawab saya sambil mringis. Malu banget deh waktu itu.

Intinya saya jadi yakin seyakin-yakinnya bahwa saya tidak sakit usus buntu, tapi itu tadi luka di usus. Kata sang terapis itu saya harus menghindari makan mi ayam, bakso, batagor, siomay, & cilok. Emang itu arangan yang general sih. Kan emang ga bagus ya makanan-makanan itu karena dikhawatirkan banyak pengawetnya. Ya sudah, saya menurut saja.

Tetapi kemudian saya heran pada diri saya sendiri, kok tumben ya percaya pada pengobatan alternatif. Saya kan sudah lama nggak percaya. Apalagi dulu pengalaman mbah kakung meninggal karena kanker usus, bude meninggal karena kanker rahim, & anak saya sendiri, Filza, sempat sakit meningoencephalistis atau radang otak, saya yakin bahwa pengobatan alternatif harus diimbangi dengan medis. Medislah yang bisa dipertanggungjawabkan. Lagipula, kan dulu saya pernah dibilangin oleh dokter bahwa saya sakit pada usus buntu. Oke, ga ada salahnya kan menuruti saran dokter IGD untuk periksa USG abdomen.

Setelah periksa USG abdomen dan ternyata hasilnya usus buntu, rasanya menyesal sekali. Kenapa ga dari kemarin ya USGnya...Kenapa harus percaya pada pak terapis itu. Ternyata apa yang dia bilang tidak 100% benar.

Suatu ketika saya bercerita pada seorang teman tentang terapis ini. Dia bilang di sekolah suaminya juga pernah ada terapis yang sama. Dari ciri-ciri yang disebutkan (lumayan ganteng, kayak India2 gitu deh, sok Ustad Danu, sering bicara soal sex, dan of course jual sarang semut), kami menyimpulkan bahwa ini adalah orang yang sama. Banyak guru yang membeli dagangan bapak itu.

Ceritanya, sekarang guru-guru di sekolah suaminya itu berhenti mengonsumsi kapsul sarang semut itu. Mereka membawa kapsul ke lab karena tidak yakin dengan kandungannya. Apalagi, kata teman saya ini, setelah kroscek dengan beberapa sekolah lain, disimpulkan bahwa bapak ini bisa menghipnotis orang. Yang paling menyeramkan adalah di beberapa tempat "dikhawatirkan" sempat membuka baju pasien saat konsultasi di ruang tertutup dengan dalih pengobatan atau apalah. Langsung deh saya tertegun.... Benarkah begitu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar