Mantenku

Mantenku

Selasa, 03 Juni 2014

Ultah ke-7

Baru ingat kalo hari ini 3 Juni 2014. Berarti tepat 7 tahun sudah saya menikah dengan suami, mas Arba'in, atau biasanya dipanggil mas Aar. Itu pun facebook yang ngingetin. Ada gunanya juga ya fb, jadi mesin pengingat. Ultah teman, kapan events tertentu dilaksanakan,juga diingatkan baik oleh fb. Hidup fb! Hehee...

Saya menikah dengan mas Aar hari Ahad, 3 Juni 2007. Pada waktu itu, kami sama-sama masih serabutan, masih freelance, gitu deh istilah kerennya. Kalau dinalar dengan menggunakan logika manusia dengan segala keterbatasannya, sesungguhnya belum waktunya bagi kami untuk menikah. Tapi kami mempunyai prinsip Allah akan melancarkan niat baik; menikah adalah niat baik & mulia (daripada pacaran, lha iya to...). Lagipula, ketika kita meninggalkan yang haram, pasti Allah memberi kita yang halal, iya kan? (Kok ngomongin pacaran lagi ya. Stop, mulai ngelantur).


Foto setelah ijab qabul di Kulon Progo, Yogyakarta

Saya bekerja sebagai freelance English teacher di sebuah SD di jl. Monginsidi, lembaga tes TOEFL prediction di kawasan Manahan, & pusat bahasa sebuah universitas negeri di Solo. Sebulan setelah menikah, tepatnya pada bulan Juli 2007, saya mendapat panggilan dari sebuah SMP negeri di Solo untuk mengajar sebagai non-government teacher. Penghasilan yang didapat tentu saja sangat kecil untuk ukuran orang yang sudah berkeluarga. Tapi, alhamdulillah, selalu saja dicukupkan.

Gendong Naufal (1,5 y) di Solo Batik Carnival 2009 (kalo ga salah)

Mas Aar waktu itu juga menjadi freelance teacher untuk mapel olah raga. Beliau mengajar di MTs & MA Muhammadiyah, tentunya juga dengan penghasilan yang tidak seberapa. Selain itu, beliau juga mengajar ekstra Pramuka di beberapa sekolah & masih merangkap lagi sebagai petugas Linmas di malam hari. Kala itu Linmas kota Solo memang sedang gencar-gencarnya mendapat perhatian, jadi beberapa petugas menemani Satpol PP berjaga di Manahan & di daerah lain yang sedang dibangun. Ketika itu, bapak "You know who" (ga berani deh nyebut namanya, takut dituding kampanye hehee...) did very well in Solo. Ya, mungkin itu jawabnya, meskipun mas Aar ini sosok yang barangkali biasa saja, dia berhasil menghidupi saya, yang waktu itu sedang hamil anak pertama.

Dari mana ya kira-kira keberkahan rejeki itu bisa dilihat? Menurut saya sih selalu cukup. Biaya periksa dokter Sp. OG ketika hamil, misalnya, 80 ribu, belum termasuk resepnya. Masih bisa bayar. Tiap hari mampir warung makan, masih bisa beli (mana sempat masak, dua-duanya pergi dari pagi-sore). Tiap ke swalayan beli barang-barang kebutuhan, ya masih bisa meski harus cermat mencari harga yang hemat. Boleh dong dari situ saya menyimpulkan  bahwa rejeki kami barokah. 

Sampai pada tahun 2009, mas Aar lolos tes CPNS di kab. Gunungkidul Yogyakarta. Alhamdulillah, bahagia sekali, tapi juga sedih membayangkan kami berpisah, saya di Solo, dia di Gunkid. Mau pindah sekeluarga ke Gunkid juga tidak mantap karena mas Aar punya pertimbangan saya akan lebih baik di Solo. Solusi terakhir adalah dia harus menjadi seorang commuter atau penglaju. Akhirnya dia commuted everyday dengan sepeda motor. Jarak 52 km (104 km PP) semakin lama terasa dekat katanya. 

Seperti air mengalir, begitulah kehidupan kami. Dia sibuk dengan pekerjaan & segala tanggungjawab tambahannya (mengantar murid lomba ke Yogya, padahal dia sendiri starts dari Solo, mengurusi kemah dll), saya pun sibuk dengan pekerjaan saya sendiri & studi saya yang sedang proses untuk mendapat gelar magister. Yang jelas ketika sore menjelang, kami sama-sama pulang ke rumah bertemu dengan orangtua & anak-anak. 

Gendong Filza the babygirl (sebelum sakit) tahun 2010

Ujian terberat sampai saat ini adalah tahun 2011 ketika Filza sakit radang otak & hydrocephalus. Operasi 2x. Ya, itu sudah cukup ya Allah, jangan ditambah lagi. Kami takut.

Iseng ni, saya buat tabel usia sampai 10 tahun usia pernikahan. Semoga kita panjang umur & segera bisa menulis 10 tahun berikutnya ya papah.

Buat tabel ini bikin mrinding. Semoga panjang umur semua.

Semoga kehidupan kami ayem tetrem terus; kalau ada masalah, anggap saja kerikil tajam kehidupan. Lagian, masak mau sih hidup tanpa masalah...hambar you know? Hehehee...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar