Mantenku

Mantenku

Minggu, 18 Mei 2014

Si "Mindset"

Tengah malam begini saya masih melek, nungguin Filza yang sedang bermain-main dengan mie. Tiap tengah malam, Filza memang sering terbangun, entah untuk main atau minta susu.Tapi kali ini lebih heboh karena dia ga mau pake baju (tutup muka). Ya sudahlah, yang pasti mamanya harus nungguin ini. 

Cari inspirasi nulis saja.... Soalnya jujur saja, kalau mau baca-baca, males lah. Lebih enak menulis. Mendengarkan & berbicara juga lebih suka berbicara. Krik....krik...krik..... apa maksudnya? Hehee...

Oh iya, saya ingat satu kata, mindset. Kata ini tidak asing di telinga kita. Namun, untuk saya, kata ini menyimpan kenangan tersendiri. Kenangan buruk? Bukan juga, pokoknya membekas deh di hati.

Suatu hari saya bercerita kepada seseorang bahwa anak saya, si sulung Naufal itu bisa diam & terkendali ketika nonton Youtube. Karena memang anak laki-laki, dia lebih suka bergerak kesana kemari. Kadang mamanya ini juga capek nungguin & teriak-teriak kalau ada bahaya... Bayangan saya orang ini, seperti halnya orang lain yang sudah mempunyai anak, akan menjawab dengan bahasa yang menyejukkan. Tapi apa katanya?


"Makanya orang tu harus punya mindset. Aku besok kalau punya anak, yang penting mindsetnya harus benar."

Salah satu contoh video Dinosaurs

Mak jleb, nancep bener di hati. Di mindset mindsetkan ni saya. Perasaan teman-teman yang jauh lebih pinter ga pernah keluar kata seperti ini. Mungkin karena belum punya anak, jadi dia mengira dirinya bisa menjadi the best mother in the world dengan mindsetnya itu ya. Ya, doain aja deh cita-citanya terkabul, kalau... kalau punya anak. Secara suami saja belum punya hehee...

Bagi saya, anak menonton Youtube itu bukan hal yang salah. Tergantung apa yang dia tonton di sana. Awalnya setelah kena kata pedas dari si mindset ini saya juga ragu. Tapi, sudah kesepakatan dengan suami bahwa saya ingin sedikit "membiarkan" Naufal dengan apa yang disukainya, tidak terlalu mengatur. Lagipula, tontonan Naufal ini Dinosaurus, Shark, kadang Mr. Bean, Paddle Pop Lion, Upin Ipin, dll. Dia tidak terlalu suka cerita anak, dia malah lebih suka film dokumenter seperti Dinosaurus.

Sekarang Naufal sudah bisa menirukan apa yang diucapkan narator film, meski dengan meaningless ya karena dia baru sedikit kenal bahasa Inggris. Kadang dia sadar, ketika bertemu bahasa selain Inggris (Perancis, Rusia, Arab, China, dll karena di Youtube banyak versi bahasa), dia aware dan bertanya, "Ini bahasa apa sih, Ma?" Lumayan agak terbiasa telinganya.

Di salah satu seri Dinosaurus, ada lagunya. Naufal menangkapnya sebagai, "Engsai..." (maaf, ga bisa niruin saya). Tapi dia bertanya, "Ma, engsai itu apa sih?"

"Itu bilang I'm sorry, bukan engsai," kata saya. Memang masih perlu banyak penjelasan tapi so far, saya merasa tidak  bermasalah dengan kebiasaan Naufal ini. Bahkan Naufal sering bilang "Dainesors" (cara bacanya seperti yang dia dengar, diinggriskan hehee...). 

Kadang pikiran kita memang semuanya harus menjadi yang seideal mungkin, tapi jangan lupa juga bahwa anak adalah milik jamannya. Jaman saya kecil, permainan hanya bekel, gobag sodor, hide & seek, dll. Jaman sekarang semuanya sudah lain. Anak-anak kecil sudah pandai bermain ipad. Demikian juga dengan Naufal. Ipad pemberian tante Tita ini adalah salah satu kebanggaan mengimbangi teman-teman sekolahnya yang juga sering bermain ipad di rumahnya (Tahu dong, kan Naufal cerita. Anak2 tetangga & sodara juga). Ya tidak apa-apa, arahkan saja ke hal yang benar & bermanfaat. Iya, apa iya?

Ingat sekali lagi bahwa anak adalah milik jamannya. Si mindset tadi kalau bisa menjadi the best she can be...oh 4 jempol deh, saya juga dulu waktu masih single berharap bisa begini begitu pada anak saya, mulai dari makanan, cara mendidik, relijius, no contamination, ya begitulah idealisme saya juga. Tapi, ternyata tidak mudah juga menjadi orangtua itu, apalagi saya juga bekerja tidak bisa 24 jam mengawasi anak. Sekarang ya realistis saja lah, seperti sloga iklan detergent "Kalau tidak ada noda, ya tidak belajar".

Bagi saya, yang terpenting sekarang adalah attitude education (pendidikan karakter, sikap, atau apa saja itu namanya). Jadi, Naufal pun saya sekolahkan di TKIT karena banyak muatan agamanya. Di TKIT tersebut, kemampuan membaca memang kurang ditekankan, justru ini yang saya suka. Saya ingin Naufal bermain & belajar agama. Itu saja sekarang. Hasilnya, alhamdulillah.... hapalan surat pendek & hadisnya luar biasa, bahkan banyak yang saya sendiri tidak hapal (tutup muka lagi). Kadang dia juga ngetes, "Ma, hadis adab makan gimana bunyinya?" atau "Al Balad itu lho Ma, Mama belum hapal ya?"

Disyukuri saja... Saya ingat hapalan surat pendek saya yang sampai sekarang masih melekat di ingatan adalah yang saya hapalkan semasa SD bersama bapak Tukijo, guru agama saya. (Untung dulu disuruh banyak menghapalkan, kalau tidak, bisa tambah malu sama Naufal).

Tentang gerak fisik (motorik), saya tidak perlu khawatir karena Naufal ini jagoya lari & lompat tinggi. Kadang dia sengaja anjlog dari meja. Ini adalah bagian dari bermain. Dia suka berlari2 & bercanda di sekolahnya. Pokoknya, I'm so thankful for this blessing.

Saya percaya dengan 3 komponen: cognitive, psycho-motor, & attitude domain, semuanya harus seiring sejalan. Bagi saya, selama anak saya masih TK ini, attitude adalah the most important karena itu yang akan membekas sampai dia dewasa. Dari Youtube bisa kok didapat attitude ini, asal... asal orangtua mendampingi & memantau. 

Oya, satu lagi, jangan pernah sembarangan curhat & cerita pada orang lain, kecuali anda menemukan orang yang benar-benar tepat. Jika tidak, lebih baik cerita hal yang umum saja daripada anda makan hati. Kalau saya sekarang, cenderung cerita pada yang memang sudah sama-sama punya anak, jadi sudah merasakan betul pengalaman mendidik anak, tidak asal me-mindset mindset-kan orang.

Okay, pas ni Filza  sudah tidur lagi setelah pakai baju & dikipasin pake kipas angin. Mamanya juga sudah ngantuk lagi, jadi that's all ya teman-teman. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar